Kamis, 12 September 2013

Fakta yang aneh dari Avatar

Fakta yang aneh dari Avatar
Posted by Edo Wayne on Desember 24, 2009
Avatar, memang menyuguhkan sebuah effect visual 3D yang luar biasa. Promosi yang menggembar-gemborkan kalau proyek Avatar sendiri menghabiskan lebih dari 4,6 Triliun rupiah menjadikan orang penasaran. Apalagi James Cameron bilang, kalau hanya untuk membuat latar planet Pandora saja menghabiskan 1,8 Triliun rupiah. Namun, tidak disangka kalau film ini mengandung hal yang “rasis” maupun beberapa kesan yang aneh dalam film ini.
Apakah film ini bercerita orang baik melawan orang jahat saja? Tidak. Film ini bercerita tentang “apartheid” di planet lain, seperti District 9 memang. Jika dalam film itu Alien udang, di Avatar adalah Alien biru yang memakai panah sebagai senjatanya, kalung, facepaint, ataupun rambut yang diikat ikal. Mengingatkan kita pada suku tradisional di dunia kita, seperti, Suku Amazon, Indian, atau di Afrika. Apalagi Alien ini diperankan oleh orang kulit hitam, musuhnya kebanykan diperankan oleh kulit putih. Namun, sebagian orang kulit putih menyelamatkan (Tentunya saja sebagai pemimpin) dan mengusir “Orang Langit” dari tanah mereka. Bukannya skenario itu mengingatkan kita pada The Last Samurai yang tentu saja oleh Nathan Algren ketika Ia mempunyai hubungan yang semakin dekat oleh orang kulit bewarna dan menjadi orang mapan. Apakah harus selalu orang yang berbeda ras harus membawa kemenangan pada ras tertentu?
Sebenarnya, apa bisa dibilang Na’vi, ras primitif dalam film ini adalah orang Jadul? Tidak. Ingat perkataan Grace Augustine, “The tree roots are like neural synapses… it’s a global network to which they can upload and download.”. Apakah orang Na’vi primitif? Tidak. Justru mereka lebih maju dari “Orang Langit”. Mereka memang tidak punya senjata api mapun bom. Namun, mereka memiliki senjata biologis dan kekuatan alam yang bisa mereka atur.
Selain itu, tengok saja ketika dalam film Avatar ini, Quaritch (Kolonel yang memimpin penyerangan) berkata pada Jake Sully, “you’re going to get your real legs back”. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan kaki maupun kursi roda Jake? Itupun tidak dijelaskan pada film ini. Apakah tidak aneh, orang yang cacat, tidak bisa berjalan diperbolehkan tetap menjadi marinir dan ditugaskan pada medan yang berbahaya? Well, sebenarnya scenario pada film ini “classic” dan “ordinary”. Hanya saja dibalut bagus oleh James Cameron dengan fantasi dan effect vissual 3Dnya yang bisa dibiang realistik. Seperti katakritikus kebanyakan, film ini tidak membawa perubahan bagi dunia perfilman. Tidak seperti Gone With The Wind yang menjadi film berwarna pertama, Jurasic Park yang menjadikan CGI sebagai alat utama Dinosaurus menjadi hidup, Toy Story dimana totalitas animasi dalam film dan Matrix dimana technology frame yang “lambat” menjadi booming.
Apapun yang terjadi, ini tetaplah film yang tentu saja hanya untuk mencari keuntungan dan menghibur para penonton.

Note: Hal yang paling mencolok kesalahannya pada film ini adalah ketika pertempuran pertama, ketika “Orang Langit” membombardir rumah pohon Na’vi, anak panahnya tidak bisa menembus kaca pelindung helikopter dan pesawatnya. Tapi, pada pertempuran terakhir, apa yang terjadi? Tentu saja terlihat anak panahnya bisa menembus dan mengenai helikopter sehingga timbul banyak korban. Selain itu, mengapa pilot helikopter tidak mati padahal terlihat beberapa scene memperlihatkan jika antara ruang kemudinya tidak ada pintu atau benda yang membatasinya dengan alam luar? Dan pilotnya bahkan tidak memakai masker oksigen. Plotnya sendiri menceritakan tidak ada oksigen dan akan membuat mati manusia hanya dalam beberapa menit. Selain itu hal yang paling menjengkelkan ialah Burung Toruk. Menurut film ini Ialah semacam burung legenda yang sulit ditaklukan. Namun, bagi Jake Sully menjadi hal yang mudah dan parahnya lagi tidak ada scenanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar